terima kasih telah berkunjung di blog Akhlak Manusia
semoga
kita senantiasa diberi kesehatan dan keselamatan oleh Allah SWT, semoga
Rahman dan Rahim-Nya selalu dilimpahkan untuk kita semua, amin...
di dalam blog ini, akan menjelaskan tentang manusia dan pengkajian tentang AKHLAK MANUSIA, semoga anda bisa mendapat pelajaran yang berharga di dalamnya, amin...
selamat membaca...
Istilah-istilah Manusia Dalam Al-Qur’an
Penciptaan Nabi Adam
Ketika Tuhan hendak menciptakan Nabi Adam sebgagai Abu al-Basyar yang akan berkembang secara turun-temurun di muka
bumi, muncul berbagai protes dan argument yang di lontarkan oleh para malaikat,
dalam QS al-Baqarah (2): 30 berisi tentang penjelasan tersebut yang artinya:
Protes yang dilontarkan itu, tidak membuat suasana berubah.
Bahkan Allah ‘Azza wa Jalla tetap
menciptakan Adam. Meskipun sebagian besar malaikat menolak kehadiran Adam
sebagai khalifah. Hal ini dijelaskan dalam al-Quran yang artinya:
Adam
diciptakan dari tanah liat, lalu dibentuk indra dan jasadnya, kemudian
diberikan roh ke dalam jasadnya yang dengan roh itulah Adam bisa hidup.
Peristiwa ini dijelaskan dalam al-Quran, yaitu
surat al-Baqarah (2): 30-37, surat al-A’raf (7): 11, 19, 26, 27, 31,35, dan
172. Surat al-Hijr (15): 28-36. Surat
al-Isra’ (17): 61 dan ayat 70, surat al-Kahfi (18): 50. Surat Thaha (20): 116-120. Pengulangan
peristiwa penciptaan Adam di dalam lima surat tersebut menandakan bahwa
peristiwa penciptaan Adam sudah lima kali dibicarakan dan dimusyawarahkan.
Allah tidak memerhatikan kritikan para malaikat dan berbuat sekehendak-Nya dan
memberlakukan sifat Rahman dan Rahim-Nya lalu menciptakan manusia,
meskipun hasilnya sebagian besar malaikat menolak kehadiran Adam di muka bumi.
Mungkin juga terjadi lima kali pertanyaan dan perdebatan kepada Nabi Muhammad
SAW, sehingga termaktub dalam lima surat al-Quran.
Para malaikat mengetahui bahwa
manusia akan berperilaku buruk di muka bumi, karena kemungkinan ada manusia
sebelum Nabi Adam lalu berbuat bencana, oleh karena itu para malaikat menolak
kehadiran bapak manusia di muka bumi. Allah Azza
wa Jalla berfirman didalam al-Qur’an yang
menjelaskan tentang penciptaan Nabi
Adam dari tanah dan diberikan roh, yang artinya:
Deskripsi penciptaan Adam dalam berbagai literatur
Bahwa
ketika Adam akan diciptakan , Allah memerintahkan kepada malaikat jibril untuk
mencari dan membawa tanah liat kehadapan Allah. Kemudian malaikat Jibril akan
mengambil tanah, tanah lalu berkata: wahai Jibril! Untuk apa kami diambil dan
kemana kami engkau bawa? Jibril menjawab untuk dibuat jasad Adam sebagai bapak
manusia yang akan menjadi Khalifah di muka bumi. Tanah menjawab sambil
bersedih, kalau demikian wahai Jibril janganlah kami dibawa dan janganlah kami
dijadikan sebagai jasad Adam itu. Sebab kami merasa khawatir, kalau-kalau
manusia itu berbuat bencana dan lalu kami dibakar di neraka, kami tidak mau. Mendengar alasan
tersebut, Jibril tidak jadi mengambil tanah dan kembali kepada Allah, lalu
Allah bertanya kepada Jibril, kenapa kamu tidak jadi mengambil tanah itu? Jawab
malaikat Jibril, aku sedih ya Allah mendengar jeritan dan ucapan tanah
tersebut. Kemudian Allah perintahkan malaikat Mika’il untuk mengambil tanah, dan Mika’il juga gagal
seperti malaikat Jibril, lalu Allah perintahkan malaikat Israfil, juga gagal
mengambil tanah dengan alasan yang sama. Terakhir Allah perintahkan malaikat
‘Izra’il untuk mengambil tanah liat tersebut, ‘Izra’il mengambil tanah liat
itu, meskipun tanah tidak merestuinya, dan diambil paksa oleh ‘Izra’il sambil
berkta, wahai tanah…! Lebih penting bagiku perintah Allah daripada laranganmu.
Seonggok tanah didapatkan oleh ‘ Izra’il dan dibawah kehdhirat Allah SWT,karena
‘Izra’il berhasil, lalu Allah menegaskannya untuk mencabut roh/nyawa manusia
bila sampai ajalnya. Adam pun diciptakan dan diberikan roh ke dalam jasadnya.
Kisah ini, hanya sebagai anekdot yang bersifat edukasi saja.
Terciptanya
Adam dari tanah liat, tidak ada
permintaan dan tidak ada rekayasa siapa pun melainkan hanyalah dengan qudrat,
iradat serta dengan Rahman dan Rahim-Nya saja.jasadnya dibentuk dan
kemudian diberikan roh ke dalam jasad Adam. Semua kelompok malaikat sujud
kepada Adam atas perintah Allah SWT. Sedangkan kelompok iblis tarsus
membangkang, dengan alasan bahwa dirinya yang paling mulia. Kelompok iblis
bersyukur untuk tidak sujud dan tidak akan menghormati Adam dan anak-cucunya.
Bahkan ia menjerumuskan Adam, dan anak-cucunya dengan berbagai cara dan
taktiknya. Perlawanan iblis terhadap Adam dan anak-cucunya itu disebutkan al-Quran, firman Allah ‘Azza wa Jalla yang artinya :
Mengapa manusia diciptakan
Tidak ada ilmuwan yang bisa
menjawabnya, hanya para sufi lah yang berani menjawabnya, dari penjelasan ayat
QS al-Hijr [15]: 33-34 diatas, bahwa telah terjadi pertengkaran iblis terhadap Tuhan.
Betapa dahsyatnya pembangkangan iblis ini, Allah pun dilawan dengan
kesombongannya. Disamping kesombongannya, iblis meminta kepada Allah SWT agar
diberikan umur panjanguntuk menggoda Adam dan anak-cucunya sampai hari kiamat.
Allah ‘Azza wa Jalla mempersilakan
kepada iblis/setan untuk menggoda manusia yang dapat digodanya. Akan tetapi,
manusia yang diberikan Allah hidayah dan taufik-Nya tidak akan bisa ditaklukkan
oleh iblis. Mesti diingat bahwa iblis dengan segala strategi dan cara, akan
tetap memiliki dendam yang akan membawa manusia ke dalam kenistaan dan
kesesatan sebagaimana ia sudah termasuk makhluk yang sudah terkutuk dan
menyesatkan.
Alasan
Allah menciptakan Adam dari tanah dan sebagai ‘Abu al-Basyar itu, hanyalah dengan Rahman dan Rahim Allah ‘Azza wa Jalla saja, dan dipasangkan
dengan seorang wanita yang bernama Hawa, agar manusia menjadi ‘abdullah dan khalifatullah fi al-ardh. Oleh karena Allah mencintai Manusia,
itulah yang menjadi alasan mengapa manusia diciptakan. Oleh sebab itu,
manusia mesti membalas cinta Allah dengan berta’abud dan bertaqarrub kepada-Nya.
Al-Rahman dan al-Rahim adalah awalan dari 99 nama-nama Allah di dalam Asma’u al-Husna. Menurut para mufassir, al-Rahman Allah itu, teruntuk
kepada semua makhluk_Nya, manusia mukmin dan manusia kafir, termasuk semua
mahluk. Termasuk didalamnya flora dan manusia, ekosistem, benda bergerak dan
yang tidak bergerak, semua yang ada di bumi dan semua yang ada di langit.
Sedangkan sifat al-Rahim itu, Allah
berikan kepada para malaikat, para Nabi/Rasul dan orang-orang mukmin. Jadi, dia
lebih mengutamakan al-Rahman dan al-Rahim daripada sifat dan Asma’-Nya yang lain.
Kajian tentang Manusia
Untuk
mengetahui manusia secara holistic dan komprehensif haruslah merujuk kepada
wahyu. Sebab pertanyaan dan penjelasan wahyu tentang manusia, lebih hebat dari
pernyataan ilmu pengetahuan lainnya, dan kebenaran informasinya bersifat
mutlak. Itulah alasan mengapa pembahasan al-Qur’an
tentang manusia lebih tuntas di bandingkan ilmu pengetahuan lainnya seperti
sosiologi, ekonomi, politik, psikologi, biologi, dan sebagainya. Ilmu
pengethuan selain al-Qur’an yang
membahas tentang manusia, kebenarannya bersifat sementara dan bahkan bersifat
sekuler yang mengasingkan manusia dari Penciptanya. Wahyu berperan untuk
mendeskripsikan, bahwa setelah manusia diciptakan Tuhan, manusia diperkenankan
mengambil semua yang ada di bumi, termasuk migas, semua yang ada di laut, di
hutan, dan di gunung. Tetapi manusia di larang keras memperlakukan alam ini
dengan kasar, seperti mengeksploitasi alam dan merusak ekosistem. Sebab jika
tidak, maka bencana dan malapetaka akan dating kepada manusia itu sendiri.
Karena bumi dan isinya diciptakan hanyalah sebagai pinjaman, bukan milik
pribadi. Tetapi milik manusia secara keseluruhan dan untuk genersi berikutnya.
Para
ahli telah banyak melakukan pengkajian tentang manusia, beberapa perspektif pun
bermunculan dan berbeda-beda menurut sudut pandang masig-masing, seperti
al-Farabi, Ibnu Sina, al-Razi, al-Ghazali, Ibnu Thufail, dan lain-lainnya. Para
ahli dari Barat pun bermunculan pada zaman modern ini, seperti Marcel A.
Boisard yang melihat bahwa manusia adalah mahluk yang tetap dan berubah-ubah.
Untuk mempelajari manusia, ada tiga macam pendekatan yang
dilakukan di dalam perspektifnya: Pertama adalah hal yang telah banyak dilakukan oleh para
filsuf, dalam hal ini, menyelidiki manusia pada hakikat yang murni dan
esensial. Kedua,
adalah pendekatan yang dilakukan oleh para moralis dan para sosiologis, yaitu
penelitian yang dilakukan dari prinsip-prinsip ideologis dan spiritual yang
mengatur tindakan manusia serta engatur personalnya. Ketiga, para ahli dan sejarawan melakukan hal
ini, yaitu konsep tentang manusia yang dibahas dari sudut historis kemanusiaan-antara
manusia dengan manusia lainnya. Hal ini menjelaskan bahwa banyak disiplin ilmu
yang telah mengkaji tentang manusia diantaranya filsafat, sosiologi, biologi,
hokum, akhlak, tasawuf, dan lain sebagainya, masing-masing memandang manusia
dari aspek yang berbeda.